March 12, 2013

SEMINAR FORMADEM ENERGI BARU TERBARUKAN

Surakarta  - Revolution For Real Democration (FORMADEM) SOLORAYA menggelar Seminar Nasional Alternatif Energi Baru dan Terbarukan untuk Raykat Indonesia, di Aula kantor LP2KI Pring Gading, Banjar Sari, Surakarta, Jawa Tengah, kemarin ( 07 Maret 2013).

Tampil sebagai pembicara Dr. Mudlofir Abdullah (Dosen Institut Agama Islam Negeri Surakarta) dengan materi Energi Baru dan Terbarukan sebagai Alternatif Energi Indonesia dan Burhan Mahbubi Sholeh (Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Sukoharjo Periode 2013-2014) dengan topik Energi untuk Kesejahteraan Indonesia.

Ketua Panitia Seminar Nasional Alternatif Energi Baru dan Terbarukan untuk Rakyat Indonesia, Muhammad Nazmi Hafidz pada saat sambutan seminar nasional tersebut mengatakan, mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas kehadiran para pemateri sebagai pembicara dalam seminar nasional tersebut. beliau juga mengatakan bahwa besar harapan dengan seminar ini, mampu melahirkan pemikiran dan rumusan baru terhadap energi bangsa indonesia, demi menjaga kedaulatan energi Indonesia.

Di sela acara seminar, sekretaris panitia Seminar, Muhammad Arif Hidayatullah menyampaikan, bahwa seminar ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi para peserta khusususnya bagi para pendidik guna menambah keilmuan dan mengaplikasikanya kepada mahasiswa, dan menjadi bekal bagi mahasiswa serta kesadaran terhadap energi Indonesia. selain itu diharapkan dengan adanya seminar ini bisa menjadi sarana edukasi terhadap masyarakat umum tentang alternatif energi baru dan terbarukan.

Dalam seminar tersebut, Burhan Mahbubi Sholeh yang merupakan salah satu dari pemateri dalam seminar tersebut mengatakan, banyak sekali hal-hal yang telah dilakukan oleh beberapa pihak untuk mencari energi alterbnatif. salah satu contohnya adalah program pengembangan listrik hibrida, hal tersebut dilakukan karena mengimbangi seiring dengan semakin menipisnya cadangan minyak bumi, batubara di dunia dan Indonesia khususnya. Oleh karena itu, sudah saatnya kita memikirkan solusi mencari tenaga alternatif sebagai penggantinya, katanya.

Dalam seminar Nasional tersebut, Dr. Mudhofir Abdullah juga menyampaikan, bahwa sebenarnya sudah ditargetkan melalui Perpres No 5/2006 untuk mengurangi penggunaan minyak bumi. Namun, hingga saat ini, belum ada action plan pemerintah kendati secara kebijakan atau regulasi sebenarnya sudah cukup.

Berdasarkan Perpres 5/2006, energi alternatif adalah semua jenis energi primer yang bukan berasal dari minyak bumi. Aturan tersebut mencantumkan energi baru, yaitu bentuk energi yang dihasilkan teknologi baru, baik yang berasal dan energi terbarukan maupun energi tak terbarukan, antara lain hidrogen, coal bed methane, batubara yang dicairkan (liquefied coal), batubara yang digaskan (gassified coal), dan nuklir.

Sedangkan, energi terbarukan yaitu sumber energi yang dihasilkan sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan habis, yaitu panas bumi, bahan bakar nabati (biofuel), aliran air sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut.

"Indonesia negara kepulauan. Jadi, semua jenis energi harusnya bisa dimanfaatkan secara bersama-sama. Saling melengkapi, dan disesuaikan dengan potensi daerah tersebut, kata beliau.

Untuk pasokan energi kelistrikan, misalnya, lanjut dia, dengan kondisi wilayah kepulauan, tidaklah tepat dengan hanya mengandalkan sistem transmisi saja.

Kendati sudah ada jaringan utara-selatan Jawa, namun di selatan Jawa masih banyak daerah yang tidak berlistrik. Karena secara ekonomis PLN tidak mau menyambung ke sana dengan alasan perusahaan itu akan merugi. Di situlah energi baru dan terbarukan bisa berperan karena bisa dibangun skala kecil. Dalam kelistrikan kita tidak bisa hanya mengandalkan satu sistem. Sistem transmisi untuk jawa mungkin cocok. Di luar jawa yang cocok adalah yang terdistribusi, pembangkit kecil-kecil dibawah 10 MW, paparnya.

Sedangkan, untuk kelistrikan, BBPT mengembangkan penelitian panas bumi. Pembangkit Listrik Panas Bumi skala kecil atau Binary Cycle dikembangkan di Lahendong, sejak 1995. Banyak lapangan panas bumi di Indonesia yang suhunya tidak terlalu tinggi, jadi tidak bisa menggerakkan turbin langsung. Tapi dengan binary cycle ini, panasnya ditransfer ke suatu fluida untuk menggerakkan turbin. Ini cocok dikembangkan di daerah-daerah di Indonesia. Kita sudah identifikasi kira-kira ada 2000 genset punya PLN yang skalanya kecil yang bisa digantikan oleh panas bumi ini, kata beliau.

Masalah pencarian sumber panas bumi, diupayakan mengembangkan alat yang disebut Fraktor Detektor, selain bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Mineral dan Panas Bumi DESDM. Tercatat, potensi geothermal Indonesia mencapai 40% dari potensi dunia atau sekitar 27000 gyga, namun baru 1 gyga yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.

Panas bumi selain dimanfaatkan untuk menggerakkan turbin listrik, panasnya juga bisa dimanfaatkan untuk pengering budidaya jamur, ulat sutra, pengering kopra, ujarnya.

Demikian pula, pengembangan sumber energi seperti tenaga angin yang dikembangkan bekerjasama LAPAN (Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional). Serta pemanfaatan limbah biomassa. Hampir semua limbah pertanian bisa dimanfaatkan. Permasalahannya, tidak bisa diprediksi kontinuitas suplai bahan baku. Ini tantangan bagi dunia pertanian agar bisa bergantian panennya sehingga sisanya bisa dijadikan bahan bakar pembangkit listrik. Saat ini, belum ada manajemen pertanian yang terpadu, kata beliau.

Potensi sumber energi lain yang cukup besar dan sustainable, kata beliau, yaitu tenaga matahari. Secara geografis kita tidak mungkin membangun PLTU di pulau-pulau. Kalau di pulau Jawa memang kita harus membangun pembangkit skala besar. Jadi jangan hitungan ekonomis atau tidak, karena fotovoltaic memiliki kelebihan modular dan efisien untuk wilayah kecil.

Keterlibatan PT PLN sebagimana menurut Dosen Kampus Intsitut Agma Islam Negeri Surakarta juga menyampaikan, pemanfaatan sumber terbarukan memiliki keuntungan ganda. Kita tidak perlu membiayai sumbernya, selain itu ramah lingkungan.

Kendati demikian,KNRT beserta LPND terkait terbatas pada pengembangan prototipe. Kita uji coba sudah bagus. Tinggal ke instansi teknis yang menerapkan dan membangunnya,.

Dari sisi masyarakat, beliau juga menyampaikan bahwa harus diupayakan pelatihan ataupun seminar-seminar yang serupa dengan ini, agar mampu mengelola unit pembangkit listrik tersebut secara berkelanjutan. Harus diakui, ada pergeseran dimana peran masyarakat di dalam mengelola unit pembangkit listrik mengalami penurunan dengan berbagai alasan,.

Dalam hal ini, masyarakat tidak menyadari prototipe pembangkit listrik tidak didesain untuk kapasitas besar atau hanya dibangun untuk periode transisi saja sebelum PT PLN mendistribusikan hingga ke wilayah tersebut. Jadi pengembangan pilot project diberikan masyarakat secara kolektif sebagai intermediate sebelum pemerintah melalui PLN menyediakannya sampai ke lokasi tersebut. Atau, diproyeksikan selama 5 tahun. (insico)




Artikel Terkait INSICO:

0 comments:

Post a Comment

Setelah membaca artikel ICO, kami harap memberikan sedikit ulasan tapi bukan SPAM. Terimakasih, Salam Harmoni INSICO

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More