Acara Grebeg Syawal digelar setiap tanggal 8 bulan bulan syawal. Tradisi grebeg syawal merupakan agenda rutin di makam Sunan Gunungjati Cirebon sepekan usai hari raya idul fitri. Perayaan grebeg syawal ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur setelah menjalankan puasa sunnah 6 hari pada bulan syawal.
Prosesi diawali dengan kedatangan Sultan Kanoman ke-12, Sultan Raja Muhammad Emirudin ke kompleks makam Sunan Gunungjati Astana Gunung Sembung.
Ribuan peziarah yang sudah menunggu, berebut bersalaman dan menyentuh jubah kebesaran sultan. Kedatangan Sultan Kanoman disambut Pangeran Kumisi P.M Rokhin dan Bekel Anom Imron, yang mewakili jeneng, atau petugas jaga makam.
Dengan pengawalan ketat puluhan kemit dan magersari, Sultan berjalan menuju pintu pasujudan atau lawang gede, diikuti puluhan rombongan keluarga Kasultanan Kanoman. Pengawalan ketat dilakukan untuk membendung serbuan peziarah yang berusaha menyentuh sultan.
Acara inti grebeg syawal adalah berziarah ke makam Sunan Gunung Jati, di Gedung Jinem yang berada puncak bukit. Tradisi ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu, semenjak Sunan Gunungjati atau Syekh Syarif Hidayatullah wafat pada tahun 1568. Grebeg syawal juga berarti dibukanya pintu utama makam atau pasujudan. Dalam setahun, pintu pasujudan hanya dibuka dua kali, yakni saat grebeg syawal, dan grebeg ageng hari raya Idul Adha.
Hanya keluarga keraton saja yang boleh memasuki komplek dalam makam Sunan Gunungjati, dan naik ke atas bukit. Untuk mencapai Gedung Jinem, rombongan sultan harus melewati ribuan anak tangga serta melewati lima pintu lainnya, yakni ratnakomala, rararoga, kaca, bacem, serta teratai.
Selama di Gedung Jinem, sultan beserta keluarga melaksanakan serangkaian acara ziarah kubur ke seluruh makam leluhur hingga pada makam terakhir, yakni makam Panembahan Ratu, Raja ke-2 Cirebon.
Sementara masyarakat umum yang berziarah menggelar tahlil di komplek luar makam. Mereka datang tidak hanya dari sekitar kota Cirebon, tetapi juga dari berbagai kota di Indonesia, seperti dari Semarang, Bandung dan Jakarta. Seusai acara, Sultan keluar kompleks makam melalui pintu putri Ong Tien. Di pintu inilah, putri Ong Tien, salah seorang istri Sunan Gunungjati yang berasal dari negeri Cina dimakamkan.
Rombongan sultan kemudian beristirahat sambil menikmati santap siang di pesanggrahan. Sementara para keturunan Sunan Gunungjati makan, para peziarah setia menunggu. Mereka menunggu surak atau sawer uang logam yang ditebar keluarga keraton. Mereka percaya, uang surak bisa mendatangkan berkah.
Para peziarah juga berebut sisa makanan sultan. Mereka meyakini sisa makanan sultan mengandung berkah. Seperti yang dilakukan Kamini yang berasal dari Indramayu, Jawa Barat ini.
Grebeg syawal merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk melestarikan tradisi. Sekaligus untuk menghormati Sunan Gunungjati dan keturunannya, yang telah berjasa menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
0 comments:
Post a Comment
Setelah membaca artikel ICO, kami harap memberikan sedikit ulasan tapi bukan SPAM. Terimakasih, Salam Harmoni INSICO